Senin, 27 Mei 2013

laporan agroklimatologi acara 2 suhu minimum dan maximum


LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
ACARA II






SEMESTER
Ganjil 2012/2013
Oleh:
1. Syekh Zulfadli Arofadeli                A1L011127
2. Yunita Fajri Pertiwi                        A1L011128
3. Huzaipah                                         A1L011129
4. Hayyil Wildan                                 A1L011130
5. Tania Timur                         A1L011131
6. Rojulan Fayadul Mujahid               A1L011132
LAHAN: Kebun campur
ANGKATAN: 3
ROMBONGAN: 2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2012




A.    TUJUAN
Tujuan praktikum pda acara II adalah
1.      Mengetahui suhu udara di atas (ketinggian 1,2 m) lahan sawah, tegalan, kebun campur, kebun rumput gajah setiap jam selama 3 hari.
2.      Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan minimum di atas (ketinggian 1,2 dan 2 m) lahan sawah, tegalan, kebun campur dan kebun rumput gajah.


B.     ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara pengamatan suhu udara pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur yaitu sangkar cuaca, termometer, lahan sawah, tegalan, kebun campur dan kebun rumput gajah.



C.     PROSEDUR KERJA

1.      Disiapkan semacam sangkar cuaca pada masing-masing penggunaan lahan.
2.      Diletakkan (digantungkan) thermometer pada sangkar cuaca pada masing-masing penggunaan lahan pada ketinggian 120 dan 200 cm. Dihindarkan thermometer terkena radiasi sinar matahari langsung.
3.      Dicatat suhu udara setiap jam selama 3 hari (lembar pencatat ada di bagian lampiran)
4.      Dibuat grafik hubungan antara suhu udara (udara y) dan waktu (sumbu x). Kemudian ditentukan besarnya dan waktu suhu maksimum dan minimum.




D.    HASIL DAN PEMBAHASAN

1.      Hasil pengamatan



2.      Pembahasan
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap perubahan cuaca, baik dalam skala kecil maupun skala besar. Faktor-faktor itu semakin banyak dan kompleks hubungan kait-mengaitnya jika memperhitungkan pengaruh kegiatan manusia. Perubahan iklim tersebut berpengaruh terhadap sektor pertanian bahkan sistem produksi pangan dunia akan berubah dengan berubahnya pola iklim/cuaca, hal tersebut harus diperhitungkan dalam perencanaan pangan, tidak hanya dalam skala global tetapi lebih dari itu harus ada tindakan lokal yang spesifik untuk mengantisipasi itu.
Lama penyinaran surya adalah lamanya surya bersinar cerah sampai kepermukaan bumi dalam periode satu hari, diukur dalam jam. Halangan terhadap sinar matahari kepermukaan bumi terutama awan, aerosols dan kabut. Kecerahan dapat juga terganggu oleh benda-benda penyusun atmosfer lainnya. Lama penyinaran ditulis dalam satuan jam sampai nilai-nilai persepuluhan atau sering ditulis dalam nilai persen perhari. (Anonirn,2007 )
Suhu dinyatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan Skala tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan Suhu yang biasa digunakan adalah derajat celcius, sedangkan di Inggris dan dibeberapa negara lainnya dinyatakan dengan derajat farenheit.
Udara adalah kumpulan atau campuran gas, yang terbanyak adalah nitrogen dan oksigen. Oksigen sangat penting untuk mendukung kehidupan mahluk hidup dan memungkinkan terjadinya pembakaran bahan baker. Nitrogen merupakan penyubur tanaman. Bakteri menggunakan nitrogen dari udara untuk menyuburkan tanah. Udara juga melindungi bumi dari radiasi berbahaya yang berasal dari ruang angkasa.
Suhu udara merupakan keadaan panasnya udara tersebut dalam jangka waktu tertentu. Untuk mengukur suhu udara dalam suatu waktu diperlukan alat yang bernama termometer bola basah dan kering. Thermometer ini akan menyajikan tingkat suhu dalam suatu waktu tersebut sehingga peneliti bisa mengetahui tingkat suhu itu.
Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di permukaan bumi.Menurut tempat suhu udara bervariasi secara vertical dan horizontal dan menurut waktu dari jamke jam dalam sehari, dan menurut bulanan dalam setahun. (Wisnubroto,S,S.S.L Aminah, dan Nitisapto,M. 1982) Suhu udara di atmosfer bervariasi menurut letak ketinggian tempat. Hingga ketinggiantertentu suhu udara dapat menurun, tetapi menurut ketinggian yang lainnya meningkat. Padalapisan Troposfer (lapisan bawah atmosfer) suhu udara menurun menurut letak ketinggiantempat hingga ketinggian 10 km dengan gradein penurunan suhu 5,0-6,5oC per 1000 m diatas permukaan laut. Menurunnya suhu menurut letak ketinggian tempat ini dimungkinkan karena beberapa hal antara lain :
1.Pengaruh keadaan suhu dekat permukaan bumi.
2.Pengaruh lautan.
3.Pengaruh kerapatan udara.
Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu secara horizontal di permukaan bumi antaralain :1.Letak lintang suatu tempat.
      2.Pengaruh arus laut.
      3.Distribusi antara daratan dan lautan.
            Suhu udara berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Pada umumnya suhu maksimum terjadi sesudah tengah hari, biasannya antara jam 12.00 dan jam 14.00, dan suhu minimun terjadi pada jam 06.00 waktu lokal atau sekitar matahari tertib. Suhu udara harian rata-rata didefinisikan sebagai rata-rata pengamatan selama 24 jam (satu hari) yang dilakukan tiap jam. Suhu bulanan rata-rata ialah jumlah dari suhu harian rata-rata dalam 1 bulan dibagi dengan jumlah hari dalam bulan tersebut. Suhu tahunan rata-rata dihitung dari jumlah suhu bulanan rata-rata dibagi denagn 12.(Bayong, 2004). Suhu normal adalah angka rata-rata suhu yang diambil dalam waktu 30 tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi ialah :
a.Jumlah radiasi yang diterima per tahun – per hari – per musim.
b.Pengaruh daratan atau laut,
c.Pengaruh ketinggian tempat,
d.Pengaruh angin secara tidak langsung, angin yang membawa panas dari sumbernya secara horizontal.
e.Pengaruh panas laten : panas yang disimpan dalam atmosfer.
f.Penutup tanah : tanah yang ditutup vegetasi mempunyai temperatur yang kurang daripadatanah tanpa vegetasi.
g.Tipe tanah : tanah-tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi,
h.Pengaruh sudut datang matahari, sinar yang tegak lurusakan membuat suhu lebih panas daripada yang datangnya miring.
Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyebaran suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya  di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap kenaikan  1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energy dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko, 1992).
Suhu udara merupakan faktor pengontrol proses biologis dalam tanaman. Setiap tanaman dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu tertentu. Tanaman akan berhenti tumbuh apabila suhu udara turun di bawah nilai minimum atau naik melebihi nilai maksimum dari kisaran tersebut. Diantara kedua batas suhu tersebut terdapat suhu optimum. Pada suhu optimum inilah tanaman dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik.
            Pengaruh suhu terhadap makhluk-makhluk hidup adalah sangat besar sehingga pertumbuhanya benar-benar seakan-akantergantung padanya, terutama dalam kegiatan-kegiatannya. Dengan suhu yang tinggi benih-benih akan mengadakan metabolisme yang lebih cepat, akibatnya apabila benih-benih dibiarkan atau ditanam pada datarn atau tanaman tinggi tanaman juga ada suhu maksimum, suhu optimum. Suhu maksimum yaitu pada suhu tinggi tertentu, di mana suatu tanaman masih dapat tumbuh, suhu minimum adalah suhu terendah di mana tanaman masih dapat hidup, sedang suhu optimum adalah suhu terbaik yang dibutuhkan tanaman, di aman proses pertumbuhanya dapat berjalan lancar.
Temperature atmosfer dikontrol dengan prinsip masuknya radiasi panas surya. Dari sini pendistribusian tergantung luasnya permukaan latitude. Hasilnya, mengakibatkan permukaan alam dari bumi, khususnya terjadi perbedaan diantara air dan tanah oleh keadaan altitude dan keadaan awan (Haurwitz and Austin, 1994).
            Suhu udara akan berfluktuasi dengan nyata selama setiap periode 24 jam. Fluktuasi suhu udara (dan suhu tanah) berkaitan erat dengan proses pertukaran energy yang berlangsung di atmosfer. Sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh gas-gas atmosfer dan partikel-partikel padat yang melayang di atmosfer pada siang hari. Serapan energy radiasi matahari ini menyebabkan suhu udara meningkat. Suhu udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum tercapai. Intensitas cahaya maksimum tercapai pada saat berkas cahaya jatuh tegak lurus, yaitu pada waktu tengah hari.
            Permukaan bumi merupakan permukaan penyerap utama dari radiasi matahari. Hal ini menyebabkan permukaan bumi merupakan sumber panas bagi udara diatasnya dan bagi lapisan tanah di bawahnya.
       Malam hari permukaan bumi tidak menerima masukan energi dari radiasi matahari, tetapi permukaan bumi tetap akan memencarkan energy dalam bentuk radiasi gelombang panjang, sehingga permukaan akan kehilangan panas akibatnya suhu permukaan akan turun. Hal ini karena perannya yang demikian maka fluktuasi suhu permukaan akan lebih besar dari fluktuasi udara diatasnya.
   Ada dua kemungkinan bias dalam pengukuran suhu, yakni bias akibat sifat fisik bahan yang digunakan dan bias dalam proses dalam proses kalibrasi. Bias akibat sifat fisik bahan disebabkan oleh bahan yang digunakan antara thermometer yang satu dengan thermometer yang lain tidak mungkin persis sama, misalnya karena tingkat kemurnian bahan atau dimensi bahan yang igunakan sedikit berbeda. Bias dalam proses kalibrasi dapat terjadi karena penetapan skala suhu pada thermometer patokan hanya dilakukan pada berbagai titik-titik kalibrasi tersebut hanya didasarkan atas hasil interpolasi (Lakitan,1994).


E.     KESIMPULAN




F.     DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Matahari dan Alam. Bina Aksara. Jakarta.
Handoko. 1992. Klimatologi dasar . Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB : Bogor.
Lakitan Benyamin. 1994. Dasar-dasar klimatologi. PT Rajagrafindo persada, Jakarta.
Tjasyono Bayong. 2004. Klimatologi. ITB, Bandung.
Wisnubroto,S,S.S.L Aminah, dan Nitisapto,M. 1982. Asas-asas Meteorologi
Pertanian, Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta, dan
GhaliaIndonasia, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar